Ilustrasi. (financialexpress.com)
WASHINGTON D.C., DDTCNews – International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021. Dalam World Economic Outlook Update: January 2021, IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini sebesar 4,8%.
Proyeksi tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan estimasi pertumbuhan ekonomi 2021 yang sempat disampaikan IMF pada Oktober 2020. Saat itu, IMF memproyeksi perekonomian Indonesia mampu tumbuh hingga 6,1% pada tahun ini, melampaui proyeksi pemerintah.
Meskipun memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, IMF justru menaikkan outlook pertumbuhan ekonomi global. Adapun proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang awalnya 5,2% direvisi menjadi 5,5%.
"Ekonomi global diproyeksikan mampu tumbuh 5,5%. Proyeksi 2021 direvisi naik 0,3 poin persen seiring dengan adanya program vaksinasi dan banyaknya stimulus ekonomi oleh beberapa negara besar," tulis IMF dalam laporannya, dikutip Rabu (27/1/2021).
Meski proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 dipangkas, IMF mengestimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 mampu mencapai 6%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yang hanya sebesar 5,3%.
Pasalnya, pemulihan ekonomi berbagai negara cenderung bervariasi dan tergantung pada kemampuan masing-masing negara melakukan intervensi dari sisi kesehatan, efektifitas kebijakan, dan struktur perekonomian ketika memasuki krisis akibat pandemi Covid-19.
IMF menekankan kebijakan yang digulirkan oleh pemerintah harus dijaga efektifitasnya hingga pemulihan ekonomi benar-benar terjadi. Kebijakan pemerintah perlu difokuskan pada peningkatan output perekonomian.
Dari sisi kesehatan, IMF mendorong setiap negara untuk turut aktif dalam kerja sama multilateral agar kasus Covid-19 bisa benar-benar dikontrol. IMF juga mendorong negara-negara untuk turut memperhatikan negara berkembang yang saat ini menghadapi masalah peningkatan utang akibat pandemi Covid-19.
"Komunitas global perlu terus intens bekerja sama untuk memberikan akses likuiditas bagi negara-negara berkembang ini," tulis IMF. (kaw)