KEBIJAKAN BEA CUKAI

Berebut Investasi di Selat Malaka, PLB Jadi Senjata Baru

Redaksi DDTCNews
Rabu, 04 April 2018 | 16.21 WIB
Berebut Investasi di Selat Malaka, PLB Jadi Senjata Baru

JAKARTA, DDTCNews - Selat Malaka merupakan salah satu urat nadi jalur logistik internasional. Namun, potensi yang luar biasa tersebut belum dioptimalkan oleh Indonesia. 

Selama ini, Malaysia melalui Port Klang dan Singapura yang mendominasi lokasi transit angkutan barang yang melalui Selat Malaka. Kini, pemerintah Indonesia berbenah diri untuk lebih kompetitif menarik investasi dari Selat Malaka.

Sebelumnya,  Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) menjadi senjata untuk menggenjot investasi di pesisir Sumatera. Kini, revitalisasi Pusat Logistik Berikat (PLB) disiapkan untuk meningkatkan nilai kompetitif Indonesia dalam menarik investasi.

Sebelumnya PLB hanya bisa digunakan untuk penempatam bahan baku belum siap konsumsi. Setidaknya ada 8 penambahan komoditas yang masuk dalam PLB. Hal itu tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 28 Tahun 2018 tentang Pusat Logistik Berikat sebagai penganti PMK Nomor 272 Tahun 2015.

Berdasarkan pasal 4 beleid tersebut, kini PLB bisa dimanfaatkan bagi barang-barang pendukung kegiatan industri besar, Industri Kecil Menengah (IKM), hub kargo udara, kegiatan belanja elektronik (e-commerce), barang jadi, bahan pokok, gudang terapung (floating storage), dan ekspor barang komoditas.

Direktur Jenderal (Dirjen) Bea dan Cukai Heru Pambudi mengatakan perluasan jumlah manfaat PLB ini diharapkan bisa mengubah hub logistik barang yang selama ini berada di Singapura menjadi di Indonesia. 

Ia mencontohkan, miras yang selama ini ditimbun distributor di Singapura bisa berpindah ke Indonesia. Selain komoditas konsumsi, komoditas timah asal Indonesia pun bisa langsung dijual di dalam negeri. Karena sebelumnya, aktivitas jual beli timah Indonesia dilakukan di bursa yang ada di Singapura.

"Dengan prinsip yang baru, begitu barang lokal masuk ke PLB, maka ini dianggap barang ekspor, sehingga transaksi berapa pun bursa komoditas di dalamnya," kata Heru, Senin (2/4).

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.