Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti.
JAKARTA, DDTCNew - Bank Indonesia (BI) menilai dampak pemberian insentif pajak terhadap penempatan devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) di dalam negeri tidak bisa terjadi seketika.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan pemberian insentif pajak berdasarkan PP 22/2024 membuat penempatan DHE SDA di dalam negeri makin menarik. Namun, tren penempatan DHE SDA di dalam negeri sejauh ini masih fluktuatif.
"Tentu dampaknya akan bertahap," katanya, dikutip pada Jumat (21/6/2024).
Destry menuturkan transaksi term deposit valuta asing (TD valas) DHE di BI saat ini justru menurun menjadi US$1,73 miliar. Pada bulan lalu, transaksi TD valas DHE tersebut sempat menembus US$1,8 miliar.
Dia menjelaskan TD valas di BI merupakan salah satu instrumen untuk penempatan DHE SDA. Meski demikian, kebanyakan importir saat ini justru menempatkan DHE SDA pada rekening khusus (reksus) di bank.
Hal itu bisa dilihat pada data dana pihak ketiga (DPK) valas yang mengalami peningkatan signifikan. Lonjakan DPK valas tersebut terjadi bahkan ketika valas tersebut telah dikonversi ke rupiah yang kini sedang mengalami depresiasi sekitar 11%.
"Artinya memang dana-dana itu ada di Indonesia, tetapi memang tidak semuanya ditempatkan di dalam TD valas DHE. Apalagi pada Mei kemarin hasil trade surplus kita bagus," ujar Destry.
Melalui PP 36/2023, pemerintah mewajibkan eksportir untuk menempatkan DHE SDA dalam rekening khusus paling sedikit sebesar 30% dan dalam jangka waktu 3 bulan sejak penempatan di rekening khusus sejak 1 Agustus 2023.
Kewajiban tersebut berlaku terhadap eksportir yang memiliki DHE SDA dengan nilai ekspor pada pemberitahuan pabean ekspor (PPE) minimal US$250.000 atau nilai yang setara.
Dalam perkembangannya, PP 36/2023 diperbarui dengan PP 22/2024 guna mengatur pemberian insentif pajak apabila DHE SDA ditempatkan pada instrumen moneter/keuangan tertentu. Terdapat 4 instrumen moneter dan/atau keuangan tertentu yang diatur dalam PP 22/2024.
Pertama, deposito yang diterbitkan oleh bank yang sumber dananya berasal dari rekening khusus DHE SDA pada bank yang sama.
Kedua, term deposit operasi pasar terbuka konvensional dalam valuta asing di BI yang penempatannya melalui peserta operasi pasar terbuka dan sumber dananya berasal dari rekening khusus DHE SDA pada peserta operasi pasar terbuka yang sama.
Ketiga, promissory notes yang diterbitkan oleh LPEI yang sumber dananya berasal dari Rekening Khusus DHE SDA pada LPEI. Keempat, instrumen moneter lain atau instrumen keuangan lain yang ditetapkan oleh menteri keuangan, setelah berkoordinasi dengan gubernur BI.
Atas penghasilan dari instrumen moneter dan/atau keuangan tertentu yang dananya dalam valuta asing, dikenai PPh final dengan tarif sebesar 0% untuk instrumen dengan jangka waktu penempatan lebih dari 6 bulan.
Setelah itu, tarif PPh final sebesar 2,5% dikenakan untuk instrumen dengan jangka waktu penempatan 6 bulan; tarif PPh final sebesar 7,5% untuk instrumen dengan jangka waktu penempatan 3 bulan hingga kurang dari 6 bulan; serta tarif PPh final sebesar 10% untuk instrumen dengan jangka waktu penempatan 1 bulan hingga kurang dari 3 bulan.
Penghasilan dari instrumen moneter dan/atau keuangan tertentu yang dananya dikonversi dari valuta asing ke mata uang rupiah dikenai PPh final dengan tarif lebih rendah. Tarif PPh final 0% berlaku untuk instrumen dengan jangka waktu penempatan 6 bulan atau lebih dari 6 bulan.
Kemudian, tarif PPh final sebesar 2,5% berlaku untuk instrumen dengan jangka waktu penempatan 3 bulan sampai dengan kurang dari 6 bulan. Adapun untuk instrumen dengan jangka waktu penempatan 1 bulan sampai dengan kurang dari 3 bulan, dikenakan tarif PPh final sebesar 5%. (rig)