Ilustrasi. Gedung BKF.Â
JAKARTA, DDTCNews – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2022 sebesar 5,01% secara tahunan.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan performa itu menunjukkan pengendalian pandemi Covid-19 telah berjalan dengan baik. Menurutnya, kinerja ekonomi yang positif akan menjadi bekal untuk memperkuat pemulihan ekonomi hingga akhir tahun.
"Kinerja kuartal ini menjadi bekal penting untuk perekonomian Indonesia yang lebih kuat di tahun 2022 secara keseluruhan dan ke depan," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (9/5/2022).
Febrio mengatakan pemerintah sempat khawatir penyebaran Covid-19 varian Omicron pada Februari 2022 akan menjadi kendala bagi kinerja pemulihan ekonomi nasional. Namun, data kuartal I/2022 menunjukkan tren pemulihan sejalan dengan efektivitas penanganan pandemi dan percepatan vaksinasi.
Dia menilai daya beli masyarakat terus membaik. Hal ini ditandai dengan makin kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta kondisi ketenagakerjaan nasional. Pada kuartal I/2022, konsumsi rumah tangga mampu tumbuh 4,34% dan tetap menjadi kontributor terbesar PDB nasional.
Menurutnya, tren itu sejalan dengan relatif tingginya mobilitas masyarakat sepanjang kuartal I/2022 serta peningkatan lapangan kerja baru.
Peningkatan kepercayaan pelaku usaha dan perbaikan ekonomi yang berkesinambungan juga turut mendorong aktivitas investasi, khususnya oleh sektor swasta. Optimisme dunia usaha yang membaik mampu mendorong pertumbuhan penanaman modal domestik tetap bruto (PMTDB) sebesar 4,09% pada kuartal I/2022.
Kinerja ekspor juga kembali mencatatkan pertumbuhan tinggi, sedangkan ekspansi produksi turut mendorong pertumbuhan impor. Febrio memaparkan peningkatan permintaan atas komoditas dan produk manufaktur unggulan nasional masih terus terjadi, terutama di tengah disrupsi pasokan global dan konflik Rusia-Ukraina.
"Sementara, peningkatan kunjungan turis mancanegara menyumbang pertumbuhan ekspor jasa. Kondisi ini mendorong pertumbuhan ekspor sebesar 16,22%," ujarnya.
Dari sisi produksi, ekspansi juga ditunjukkan sektor manufaktur dan perdagangan. Pemulihan konsumsi domestik dan peningkatan permintaan ekspor menjadi penopang keberlanjutan pemulihan kedua kontributor utama sektor perekonomian ini.
Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 5,07% dan sektor perdagangan tumbuh 5,71% pada kuartal I/2022. Selain itu, dorongan kebijakan pemerintah melalui program pemulihan ekonomi nasional turut mendorong kinerja sektor tersebut.
Kebijakan yang dimaksud di antaranya berupa perpanjangan insentif pajak penjualan barang mewah (PPnBM) ditanggung pemerintah (DTP) pada kendaraan bermotor yang mendorong produksi dan perdagangan mobil di kuartal I/2022.
"Lebih tingginya tingkat pertumbuhan manufaktur dibanding pertumbuhan PDB menandakan makin baiknya peran sektor tersebut dalam mengawal pemulihan ekonomi nasional dan terus meningkatnya sektor formal bernilai tambah tinggi di masa depan," imbuhnya.
Febrio menambahkan penguatan stabilitas laju pemulihan ekonomi menjadi prioritas pemerintah pada tahun ini. Dalam mengantisipasi dinamika ke depan, APBN terus didorong sebagai shock absorber.
Dengan demikian, pemerintah dapat menjaga pemulihan ekonomi agar tetap berlanjut dan makin menguat, menjaga penangan kesehatan dan melindungi daya beli masyarakat miskin dan rentan, serta menjaga agar pengelolaan fiskal lebih sehat dan berkelanjutan dalam jangka menengah.
Beberapa upaya yang telah ditempuh di antaranya menjaga stabilitas harga dan penebalan bantuan sosial bagi masyarakat miskin dan rentan. Kemudian, menjaga pasokan batu bara dalam negeri dengan pemberlakukan denda dan kompensasi.
Ada pula pelarangan ekspor minyak kelapa sawit untuk menjaga kebutuhan dalam negeri. Selain itu, pemerintah melanjutkan langkah reformasi struktural dan reformasi fiskal melalui implementasi UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) dan UU Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (HKPD). (kaw)