Ilustrasi. Pramuniaga menjelaskan fitur mobil kepada konsumen di diler Toyota Auto2000, Malang, Jawa Timur, Senin (1/3/2021). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/aww.
JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengusulkan kembali wacana pemberian insentif pajak berupa pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) ditanggung pemerintah untuk kendaraan roda empat.
Plt. Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin Putu Juli Ardika optimistis pemberian PPnBM ditanggung pemerintah dapat mendongrak kinerja penjualan mobil di dalam negeri.
"Dengan berkaca pada success story program sebelumnya, langkah yang dapat kita lakukan adalah memberikan insentif fiskal bagi kendaraan yang diproduksi di dalam negeri," katanya, dikutip pada Kamis (11/7/2024).
Putu menuturkan penjualan mobil di pasar domestik mengalami stagnasi di angka 1 juta unit dalam 1 dekade terakhir ini. Merujuk kajian LPEM UI, stagnasi penjualan mobil dipengaruhi oleh penurunan daya beli masyarakat sehingga masyarakat beralih untuk membeli mobil bekas.
Dia menyebut produksi dan penjualan mobil pernah mencapai puncaknya pada 2013. Kondisi tersebut terjadi dipengaruhi oleh kenaikan pendapatan perkapita Indonesia pada 2011-2013, serta peluncuran program Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2) atau mobil low cost green car (LCGC).
Produksi dan penjualan juga melonjak pada 2021-2022 karena dipengaruhi oleh implementasi fasilitas PPnBM DTP. Insentif ini telah meningkatkan volume penjualan menjadi 887.000 unit pada 2021, naik 66,7% dari tahun sebelumnya sebanyak 532.000 unit. Volume penjualan mobil 2022 bahkan mencapai 1,04 juta unit.
"Diperlukan suatu program untuk menstimulus pembelian mobil baru di masyarakat. Tentunya, pemberian stimulus harus tetap mengedepankan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon," ujar Putu.
Meski penjualan di pasar domestik stagnan, mobil produksi mobil terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor. Pada 2023, ekspor kendaraan roda empat mencapai 506.000 unit untuk jenis CBU dan 65.000 unit untuk CKD.
Sementara itu, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara menjelaskan penjualan mobil di pasar domestik hingga Mei 2024 turun 21% menjadi 334.000 unit.
Kondisi itu terjadi antara lain dipicu oleh kenaikan suku bunga global, serta pengetatan pemberian kredit dari perusahaan pembiayaan. Gaikindo pun kemungkinan merevisi target penjualan mobil 2024 menjadi 1,1 juta unit.
Kukuh berpendapat salah satu faktor pemicu stagnasi pasar mobil ialah harga mobil baru yang tidak terjangkau oleh pendapatan per kapita masyarakat.
"Gap antara pendapatan rumah tangga dan harga mobil baru makin lebar," tuturnya.
Sementara itu, pengamat otomotif LPEM UI Riyanto menilai solusi yang bisa ditempuh pemerintah guna mendongkrak penjualan mobil dalam jangka pendek ini ialah dengan memberikan insentif, bisa berupa insentif PPnBM bagi kendaraan LCGC dan low MPV 4x2.
Menurutnya, insentif PPnBM akan mendongkrak penjualan mobil sekaligus mendongkrak produksi mobil dan suku cadang. Dari sisi fiskal, insentif ini pada akhirnya juga dapat meningkatkan pajak kendaraan bermotor, BBNKB, PPN, PPh badan, dan PPh orang pribadi.
"Pada saat yang sama, perlu juga dirancang program mobil murah atau penyegaran program KBH2 (LCGC)," katanya.
Seperti diketahui, pemerintah sempat memberikan insentif PPnBM DTP atas penyerahan kendaraan bermotor roda empat dengan kriteria tertentu saat pandemi Covid-19. Namun, insentif tersebut telah berakhir pada September 2022. (rig)