Ilustrasi. (foto: japan-guide.com)
TOKYO, DDTCNews – Pemerintah Jepang di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Shinzo Abe akhirnya menaikkan tarif pajak penjualan (sales tax) dari 8% menjadi 10%. Kenaikan itu mulai berlaku hari ini, Selasa (1/10/2019).
Penerimaan negara yang terkumpul dari kenaikan tarif ini akan digunakan sebagai tambahan pendapatan untuk mendanai program kesejahteraan sosial termasuk pendidikan pra-sekolah serta untuk membayar beban utang publik yang cukup besar.
“Pemerintah telah menjanjikan sekitar setengah pendapatan untuk mendanai pengasuhan anak gratis,” kata Marcel Thieliant, ekonom Capital Economics.
Tarif baru berlaku hampir untuk semua barang dan jasa. Namun, masih ada beberapa makanan yang dikecualikan. Selain itu, kenaikan tarif diikuti beberapa langkah, termasuk memberikan potongan harga hingga 5% untuk pembelian yang dilakukan menggunakan skema pembayaran elektronik.
Langkah tersebut diambil untuk meminimalisasi efek dari kenaikan tarif pada konsumsi masyarakat. Apalagi, berkaca dari kenaikan tarif sebelumnya, pengeluaran rumah tangga tertekan. Hal tersebut berakibat buruk pada perekonomian.
Sebelumnya, Bank sentral memperingatkan risiko terjadinya resesi jika rencana kenaikan tarif pajak penjualan tetap dieksekusi pada Oktober 2019. Kenaikan tarif justru berisiko menggagalkan pemulihan ekonomi Jepang.
Pihak oposisi juga sempat menyerukan penundaan kenaikan pajak penjualan karena konsumsi swasta – yang menjadi variabel pembentuk produk domestik bruto (PDB) – tercatat melambat pada kuartal I/2019. Pemerintah memang telah menunda kenaikan selama dua kali sejak 2014.
Namun, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) berpendapat kenaikan tarif pajak penjualan harus dieksekusi. Sekjen OECD Angel Gurria mengatakan para pembuat kebijakan perlu mengekang pengeluaran untuk biaya perawatan kesehatan sehingga pemerintah bisa meningkatkan pendapatan lebih banyak yang bisa juga dimanfaatkan untuk membayar utang.
Keputusan PM Abe juga semakin bulat setelah dia bersama partainya tetap mendapatkan suara mayoritas dalam pemilihan Majelis Tinggi Parlemen Jepang. Partai Demokrat Liberal (Liberal Democratic Party/LDP) Abe dan mitranya Komeito menang.
Ekonomi Jepang dinilai cukup kuat dalam beberapa bulan terakhir. Namun, kenaikan pajak yang terjadi bersamaan dengan ketidakpastian dalam ekonomi global memang akan memberikan beban prospek ekonomi Jepang.
Perlambatan ekonomi di China serta perang dagang dengan Amerika Serikat telah mengetuk kepercayaan pelaku bisnis. Pasalnya, pelaku bisnis di Jepang juga bergulat dengan permintaan global yang lebih lemah, termasuk peralatan elektronik dan suku cadang mobil.
Untuk kenaikan tarif kali ini, para ekonom memperkirakan dampak pukulan akan lebih kecil. Apalagi, pembelian pre-emptive yang dilakukan masyarakat terhadap barang-barang tahan lama seperti televisi dan mobil juga lebih rendah dari pada kenaikan sebelumnya. Pemberian rabat 5% untuk pembayaran elektronik juga cukup membantu.
“Dampaknya hampir pasti akan lebih kecil,” kata Thieliant, seperti dilansir bbc.com. (kaw)