Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara. (tangkapan layar)
JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah terus berupaya menurunkan emisi karbon sesuai dengan target Nationally Determined Contribution (NDC).
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai pemimpin penurunan emisi karbon di dunia. Meski demikian, upaya penurunan emisi juga membutuhkan dukungan dari negara lain.
"Saya ingin sampaikan Indonesia akan terus menjadi leader dan kami akan mendorong penurunan emisi," katanya, Senin (22/11/2021).
Suahasil mengatakan Indonesia dalam NDC telah menargetkan penurunan emisi karbon sebesar 29% dengan kemampuan sendiri dan 41% dengan dukungan internasional pada 2030, serta net zero emission (NZE) pada 2060. Pemerintah mengestimasikan kebutuhan biaya mitigasi perubahan iklim untuk mencapai NDC akan mencapai Rp3.461 triliun hingga 2030.
Menurutnya, pemerintah telah berkomitmen mencapai target tersebut melalui berbagai instrumen kebijakan berbasis pasar atau carbon pricing. Secara umum, carbon pricing terdiri atas 2Ā mekanisme penting yakni perdagangan karbon dan instrumen non-perdagangan.
Jika instrumen perdagangan terdiri atas cap and trade serta offsetting mechanism, maka instrumen non-perdagangan mencakup pungutan atas karbon dan pembayaran berbasis kinerja atau result-based payment/RBP.
Suahasil menyebut pemerintah melalui UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) akan mulai menerapkan pajak karbon mulai April 2022. Sebagai tahap awal, pajak karbon baru akan dikenakan pada PLTU batu bara.
Pajak karbon dikenakan menggunakan mekanisme pajak karbon yang mendasarkan cap and tax. Mengenai tarif, disepakati sebesar Rp30 per kilogram karbon dioksida ekuivalen (CO2e).
Selain itu, pemerintah juga tengah menyiapkan mekanisme perdagangan karbon. Mekanisme perdagangan karbon tidak hanya akan berlaku di dalam negeri, tetapi juga secara internasional.
Suahasil menilai berbagai instrumen tersebut harus dilakukan untuk mencegah suhu bumi semakin meningkat.
"Green economy atau nett zero emission ini bukan pilihan, tapi masa depan kita," ujarnya. (sap)