Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Keuangan mencatat APBN semester I/2025 mengalami defisit senilai Rp204,2 triliun atau 0,84% dari produk domestik bruto (PDB).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit anggaran pada semester I/2025 disebabkan oleh anjloknya penerimaan pajak. Meski demikian, besaran defisit tersebut masih sesuai dengan yang direncanakan pemerintah.
"Defisit masih kita jaga, untuk semester I/2025 mencapai Rp204,2 triliun. Agak lebih lebar dibandingkan tahun lalu karena Januari, Februari, penerimaan pajak kita mengalami kontraksi yang cukup dalam," ujarnya dalam rapat kerja dengan Banggar DPR, dikutip pada Rabu (2/7/2025).
APBN 2025 didesain dengan defisit senilai Rp616,2 triliun atau sebesar 2,53% dari PDB. Sejalan dengan itu, dia menilai defisit anggaran ke depannya akan terus dipantau dan dijaga.
Defisit anggaran terjadi karena belanja negara lebih jumbo daripada pendapatan negara. Pendapatan negara pada semester I/2025 baru terealisasi Rp1.201,8 triliun. Pos pendapatan negara terdiri dari penerimaan pajak senilai Rp831,3 triliun atau terkontraksi sebesar 6,21%.
Kemudian, penerimaan kepabeanan dan cukai telah terealisasi senilai Rp147 atau mampu tumbuh 9,6%. Sedangkan untuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP) terkumpul senilai Rp222,9 triliun dan penerimaan hibah Rp600 miliar.
Sementara itu, belanja negara pada semester I/2025 terealisasi Rp1.406 triliun. Pos belanja meliputi belanja pemerintah pusat senilai Rp1.003,6 triliun, yang terdiri atas belanja kementerian/lembaga (K/L) Rp470,5 triliun dan belanja non-K/L Rp533 triliun, serta transfer ke daerah senilai Rp402,5 triliun.
Sri Mulyani menyebut APBN pada semester I/2025 juga mencatatkan keseimbangan primer senilai Rp52,8 triliun, pembiayaan anggaran senilai Rp283,6 triliun, serta SiLPA senilai Rp79,3 triliun.
"Di tengah dinamika global dengan kinerja belanja dan pendapatan yang kami sampaikan, maka defisit anggaran tahun ini yang tentu dibiayai oleh surat utang pemerintah, sebetulnya masih memiliki kinerja yang luar biasa baik," tutup Sri Mulyani. (dik)