Gedung Kementerian Keuangan. (foto: Kemenkeu)
JAKARTA, DDTCNews—Badan Kebijakan Fiskal (BKF) menyatakan pemerintah masih perlu mewaspadai risiko-risiko yang masih berpotensi menekan sentimen sektor manufaktur yang saat ini tengah menunjukkan sinyal pemulihan.
Kepala BKF Febrio Kacaribu mengatakan ancaman kesehatan akibat pandemi virus Corona atau Covid-19 masih tinggi, meski tren ini memang memberikan angin segar atas prospek pemulihan ekonomi global.
"Kasus Covid-19 masih berada dalam tren peningkatan di dunia dan terdapat ancaman gelombang kedua yang dapat menghambat aktivitas perekonomian serta membayangi proses pemulihan ekonomi ke depan," ujar Febrio, dikutip Rabu (2/9/2020).
Untuk diketahui, sinyal positif pemulihan sektor manufaktur pada semester II/2020 ini terlihat dari nilai Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang meningkat ke level 50,8 per Agustus 2020.
Kenaikan PMI Manufaktur juga dialami negara-negara lain seperti AS, China, dan negara-negara di kawasan Eropa. Posisi PMI Manufaktur AS dan China bahkan jauh lebih tinggi ketimbang Indonesia, masing-masing mencapai 53,6 dan 53,6.
"Dengan kontribusi per kuartal II/2020 sebesar 20% terhadap PDB dan serapan tenaga kerja per Februari sebesar 18,5 juta orang, sektor manufaktur memiliki peranan sangat penting bagi perekonomian Indonesia," tutur Febrio.
Febrio menambahkan pemerintah masih akan terus mendorong pemulihan ekonomi dengan memastikan implementasi dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) berjalan sesuai yang telah ditetapkan.
Aktivitas manufaktur Indonesia saat ini tercatat membaik didukung peningkatan produksi dan pesanan baru. Peningkatan pesanan baru terutama didorong oleh permintaan dalam negeri, sedangkan permintaan dari luar negeri tercatat masih rendah.
Namun, kinerja manufaktur dari aspek ketenagakerjaan masih tertekan. Pelaku usaha sektor manufaktur terlihat masih melanjutkan upaya pengendalian biaya. Kapasitas produksi yang tidak terpakai juga tercatat masih besar. (rig)