JAKARTA, DDTCNews – Lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) telah menaikkan peringkat Indonesia pada level BBB-/outlook stable. Hal itu seiring dengan proyeksi S&P terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2017 yang bisa mencapai 5,3%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan S&P juga memproyeksikan inflasi pada tahun ini yang berkisar 4,7%, serta defisit anggaran yang berada pada angka 2,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hasil tersebut menunjukkan Indonesia layak mendapatkan predikat sebagai negara investment grade.
"Hal yang disampaikan oleh S&P, sesuai dengan yang kami monitor, dan tentu kami akan menjaga dalam kondisi positif. Bahkan outlook yang disampaikan S&P dari stable bisa ke positif," ujarnya di Kantor Pusat Ditjen Pajak Jakarta, Jumat (19/5).
Dalam APBN tahun anggaran 2017, pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,1%. Proyeksi S&P terhadap hal itu relatif lebih tinggi 0,2% dari target pemerintah.
S&P sebelumnya mengafirmasi rating Indonesia pada level BB+/Outlook Positive pada tanggal 1 Juni 2016. Namun, menurutnya saat ini peringkat S&P Indonesia sudah meningkat berkat berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah belakangan ini.
"Pencapaian tersebut berkat management maupun kinerja APBN yang dinilai mengalami perbaikan secara signifikan dengan langkah-langkah yang dilakukan pemerintah, baik dari belanja maupun penerimaan," tuturnya.
Ia menjelaskan belanja pemerintah akan diprioritaskan kepada belanja produktif, seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Hal itu bertujuan untuk memperbaiki perekonomian melalui SDM yang lebih produktif, serta memperbaiki efisiensi ekonomi nasional.
Sedangkan dari sisi penerimaan, menurutnya tim reformasi perpajakan bisa memberikan dampak positif terhadap pengelolaan APBN. Mengingat, APBN merupakan instrumen yang bisa menjaga stabilitas keuangan negara.