Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.Â
JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengajak semua negara anggota G-20 mencari solusi bersama untuk mengatasi bahaya yang dihadapi dunia.
Sri Mulyani mengatakan forum G-20 memainkan peran yang lebih besar untuk menangani bahaya tersebut karena mempresentasikan 85% ekonomi dunia. Menurutnya, G-20 harus menunjukkan semangat kolaborasi dalam menghadapi berbagai tantangan pada saat ini.
"Langkah apapun yang kita lakukan akan berpengaruh pada semua bangsa di seluruh dunia, termasuk negara yang lebih rentan dan masyarakat mereka," katanya dalam Welcoming Remarks 4th Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meeting, Kamis (13/10/2022).
Sri Mulyani menuturkan dunia saat ini sedang menghadapi berbagai tantangan ekonomi, mulai dari kenaikan inflasi, krisis energi dan pangan, perubahan iklim, dan naiknya tensi geopolitik.
Perang yang terjadi di Ukraina bahkan mempercepat terjadinya krisis pangan global, membuat harga komoditas yang tinggi dan bergejolak, serta menimbulkan kebijakan perdagangan yang restriktif sehingga mengganggu rantai pasokan.
Meski krisis kegiatan ekspor dan impor mulai dibuka kembali, lanjut menkeu, isu mengenai pangan masih menjadi tantangan global. Terlebih, cuaca ekstrem juga bisa membuat harga komoditas pangan tetap tinggi.
Dia menjelaskan pandemi dan perang di Ukraina telah membuat krisis energi melanda di berbagai negara sehingga mengakibatkan kekurangan pasokan dan memunculkan kekhawatiran mengenai keamanan energi.
Guncangan karena kenaikan harga energi memiliki dampak yang besar bagi sebagian besar negara, terutama negara berkembang yang menjadi pengimpor.
Sri Mulyani menyebut beberapa negara kini juga telah melakukan pengetatan kebijakan moneter sebagai respons atas lonjakan inflasi. Masalahnya, kenaikan suku bunga secara signifikan pada suatu negara dapat merembet pada negara lainnya.
Menurutnya, berbagai persoalan tersebut dapat mengganggu stabilitas sosial. Dalam hal ini, kelompok rumah tangga miskin dan rentan dapat mengalami penurunan standar hidup.
"Kita tahu pengetatan kebijakan moneter akan menghambat pemulihan yang masih rapuh," ujarnya.
Sri Mulyani memperkirakan tekanan yang terjadi pada tahun ini kemungkinan akan berlanjut hingga 2023. Semua negara pun harus memikirkan solusi agar risiko resesi dapat ditekan.
Sebagai Presidensi G-20, sambungnya, Indonesia akan menghimpun dukungan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi semua negara berjalan secara inklusif dan berkelanjutan.
Dia meyakini G-20 dapat membantu dunia menghadapi gelombang krisis karena berdasarkan sejarah forum ini juga mampu membantu dunia merespons krisis keuangan global. Dengan keanggotaan G-20 yang beragam, ia berharap solusi terbaik untuk mengatasi krisis segera tercapai.
"Dibutuhkan kelompok dengan perwakilan paling beragam untuk memastikan semua suara dapat didengar," tuturnya. (rig)