Pekerja menggunakan alat berat saat memindahkan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (5/8/2022).Ā ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/nym.
JAKARTA, DDTCNews - Badan Kebijakan Fiskal (BKF) berpandangan kinerja positif neraca perdagangan masih dibayangi oleh risiko perlambatan perekonomian global.
Walau neraca dagang pada September 2022 mampu mencatatkan surplus senilai US$4,99 miliar, terdapat potensi perlambatan ekspor menuju negara maju akibat lonjakan inflasi.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu mengatakan Indonesia akan terus melakukan diversifikasi tujuan ekspor guna mengatasi masalah ini. "Ekspansi ekspor selain ke negara tujuan ekspor utama, misalnya Filipina, dan Malaysia sudah menunjukkan peningkatan signifikan sepanjang tahun berjalan," ujar Febrio, Selasa (18/10/2022).
Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan pada Januari hingga September 2022 tercatat sudah mencapai US$39,87 miliar, jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan surplus pada Januari hingga September 2022 yang senilai US$25,1 miliar.
Bank Indonesia (BI) berpandangan surplus neraca perdagangan yang terus berlanjut akan memberikan kontribusi positif terhadap ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.
"Ke depan, BI terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas kebijakan terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal serta mendukung pemulihan ekonomi nasional," tulis BI dalam keterangan resminya.
Untuk diketahui, International Monetary Fund (IMF) dalamĀ World Economic OutlookĀ edisi Oktober 2022 memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini hanya akan mencapai 3,2% dan akan melambat menjadi hanya sebesar 2,7% pada tahun depan.
Beberapa negara yang akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi secara signifikan antara lain AS, Inggris, dan negara-negara Uni Eropa. Perekonomian Jerman dan Italia bahkan diperkirakan akan mengalami kontraksi pada tahun depan.
Adapun inflasi global diperkirakan naik menjadi 8,8% pada 2022 dan akan sedikit melambat menjadi sebesar 6,5% pada tahun depan.Ā (sap)