Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak dan Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto. (Foto: INDEF)
MALANG, DDTCNEWS – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya (UB) menjadi tuan rumah Institute for Development of Economcs and Finance (INDEF) School of Political Economy (ISPE) Angkatan 15 yang berlangsung pada 4-6 Maret 2019 di Kota Malang, Jawa Timur (Jatim).
Acara yang diselenggarakan di Ruangan Sidang Utama FEB UB tersebut mengangkat tema ‘Ekonomi Politik dan Peranan Pemerintah Daerah dalam Menghadapi Ekonomi Global dan Industri 4.0’. Sekitar 30 peserta terpilih hadir yang merupakan pengusaha, peneliti, dosen, mahasiswa dan umum dari berbagai kota di Indonesia.
Acara ISPE Angkatan 15 ini dibuka secara langsung oleh Wakil Rektor IV FEB UB Moch. Sasmito Djati. Dia menyampaikan pentingnya pemahaman mengenai ekonomi politik terutama dalam menghadapi perkembangan global dan industri 4.0.
Acara ini juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak untuk memberikan keynote speech. Dia menggarisbawahi peran penting pemerintah daerah dalam mendukung industri 4.0. Menurutnya, Pemprov Jatim terus melakukan pembenahan dan percepatan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman, salah satunya dengan mendorong pengembangan sektor ekonomi Jatim yang masih terpusat di beberapa daerah saja.
Menurutnya, terdapat lima kabupaten/kota menguasai setengah perekonomian Jatim. Padahal Jatim memiliki 38 kabupaten/kota. Lima daerah tersebut dikenal dengan ring satu. Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, Pemprov Jatim akan terus menggenjot pembangunan yang lebih produktif diluar ring satu tersebut.
Selain itu, lanjut Emil, ke depannya kompetisi Jatim bukan lagi antarprovinsi, tapi harus dalam konteks global. Dia mencontohkan bahwa kawasan-kawasan industri yang ada di luar ring satu, seperti Kabupaten Nganjuk, harus mampu bersaing dengan Vietnam, Thailand, Filipina, maupun India.
“Kompetisi kita tidak lagi hanya antarprovinsi, Jatim harus meningkatkan daya saing, bukan hanya berkutat pada industri penolong, infrastruktur, pasar, dan lain sebagainya,” ujarnya seperti dilansir dari laman resmi INDEF, Selasa (5/3/2019).
Emil memandang Indonesia khususnya Jatim harus mampu menjadi pelopor utama dalam mengoptimalkan peluang dalam industri 4.0. Dia juga menambahkan pentingnya Millenial Job Center (MJC). Menurutnya, saat ini Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) dalam industri 4.0.
“Ahli SEO (search engine optimization), media adevertising, sekarang masih jarang. Disitulah pemerintah hadir untuk menjembatani masalah minimnya SDM dan besarnya permintaan tenaga kerja di Industri 4.0, MJC ini bisa jadi solusi,” tambahnya.
Materi pertama disampaikan oleh Wakil Dekan I FEB UB Abdul Ghofar yang membahas tentang optimalisasi anggaran daerah dalam mendukung industri 4.0 dengan menyajikan data komparasi dari masa ke masa.
Menurutnya, masyarakat, industri perlu bekerja sama untuk menghadapi industri 4.0 yang ia yakini mampu menghasilkan efisiensi pada berbagai sektor. Salah satu implemenasi industri 4.0 adalah Smart Cities yang berhasil menekan biaya hingga US$19 miliar yang diperoleh dari 88 Smart Cities di dunia.
Sebagai penutup materi terakhir di hari pertama, Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto memberikan pelatihan menulis dan membagikan pengalamanya sebagai periset dan penulis artikel di berbagai media massa terkait makroekonomi.
ISPE sendiri telah dilaksanakan diberbagai kota di Indonesia (Jakarta, Makasar, Padang dan lainya) serta di kota-kota mancanegara seperti London, Tokyo, Austria, Rusia. Bahkan dalam waktu dekat akan melakukan pelatihanya di Amerika Serikat.
Dalam pelatihan tiga hari ini, INDEF mendatangkan sejumlah narasumber di antaranya Staf Khusus Presiden RI Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika, Ekonom Senior INDEF Didik J Rachbini, Anggota Badan Supervisi Bank Indonesia M. Fadli Hasan, Peneliti INDEF Esther Sri Astuti, Dosen FEB UB Dias Satria, dan Dosen FEB UB Abdul Gohfar. (Amu)