SEMARANG, DDTCNews — Tarif bea balik nama kendaraan bermotor (BBN-KB) yang ditetapkan Pemprov Jawa Tengah dikeluhkan oleh pelaku industri otomotif karena telah mendistorsi ekonomi, ditandai dengan harga jual mobil di Jateng yang lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya.
Branch Manager Astra International UD Trucks Sales Opertaion Cabang Semarang, Wisnu Wibowo mengatakan dengan tarif tinggi BBN-KB itu, untuk kendaraan roda empat yang sama, selisih harganya bisa mencapai Rp20 juta hingga Rp30 juta.
“Kalau selisih harganya masih di bawah Rp10 juta, konsumen masih tidak terlalu mempermasalahkan, tapi kalau sudah di atas Rp10 juta, ini membuat sulit. Akhirnya, banyak konsumen yang membeli di Jateng yang membeli mobil di provinsi lain,” kata Wisnu, pekan ini.
Tarif BBN-KB di Jateng dipatok sebesar 12,5%. Sementara itu, di provinsi lain di Pulau Jawa tarifnya hanya sebesar 10%. Pemprov lainnya juga memberikan insentif berupa diskon untuk pembuatan BBN-KB ber-plat kuning, sedangkan tarif 12,5% berlaku untuk plat kuning maupun hitam.
Senada dengan Wisnu, Branch Manager Astra International BMW Sales Operation Cabang Semarang, Heru Purwanto mengatakan dengan tarif BBN-KB yang berbeda dengan provinsi lain itu, harga jual kendaraan di Jateng akhirnya ikut terangkat naik, dan otomatis mengoreksi penjualan mobil di Jateng.
Menurut dia, seperti dilansir bisnis.com, sebenarnya hal itu akan merugikan Pemprov Jateng karena potensi pajaknya akan masuk ke provinsi lain. Hal ini dengan sendirinya berkebalikan dengan tujuan kenaikan tarif BBN-KB yang dimaksudkan untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD). (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.