JAKARTA, DDTCNews - Ekspor jasa Indonesia masih belum optimal dalam beberapa tahun terakhir. Alhasil, sektor ini jadi salah satu penyumbang angka defisit neraca transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD).
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan perlu adanya perbaikan struktural dalam ekspor-impor Indonesia. Sektor pariwisata bisa jadi tumpuan untuk mengerek ekspor jasa Indonesia dalam jangka pendek.
Lebih lanjut, Suahasil menerangkan bahan sektor jasa yang menyumbang positif pada neraca transaksi berjalan adalah jasa perjalanan sebesar US$4 miliar. Sektor ini terkait kedatangan turis ke Indonesia yang dapat menjadi pendorong ekspor jasa.
"Jasa perjalanan itu isinya turis, turis masuk ke Indonesia mengeluarkan uang di Indonesia. Ini sepertinya ada harapan dari turis ini," kata Suahasil.
Lebih lanjut Suahasil menjelaskan jika dibandingkan pada 2014 jumlah turis masuk ke Indonesia tercatat sebanyak 9,4 juta orang. Sedangkan pada 2017 mencapai 14 juta orang. Namun, jumlah itu punya ruang besar untuk bertumbuh. Pasalnya negara ASEAN, seperti Thailand berhasil menggaet turis hingga 20 juta orang tiap tahunnya
"Tahun ini kami berharap 15 juta turis, dan berharap neraca jasanya positifnya lebih tinggi. Bisa mengkompensasi defisit yang di transportasi. Jadi turis adalah ekspor jasa yang menarik," ungkap Suahasil.
Seraya mendorong sektor pariwisata, perlu perbaikan pada sektor lain dalam struktur ekspor-impor Indonesia. Salah satunya adalah mengurangi ketergantungan pada impor komoditas baku dalam melakukan produksi berorientasi ekspor.
"Penyakit struktural kita adalah jika melakukan ekspor maka harus impor dulu. Ini coba kita carikan solusinya dalam jangka menengah. Salah satunya dorong masuknya industri hulu di dalam negeri," paparnya. (Amu)