JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Keuangan mengkonfirmasi rasio utang Indonesia yang terus naik dalam 3 tahun terakhir. Sejumlah siasat akan ditempuh agar pengelolaan utang tetap dalam koridor aman dan terkendali.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat Paripurna DPR, Selasa (17/7). Menurutnya, kenaikan rasio utang merupakan fenomena jangka pendek, ekses kebijakan belanja yang ekspansif.
"Pemerintah akan tetap mengendalikan rasio utang terhadap PDB dalam batas yang bijaksana (prudent) dan terkendali (manageable) serta terus diupayakan menurun secara bertahap dalam jangka menengah," katanya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebutkan bahwa rasio utang dalam jangka menengah diharapkan menjadi 27,87%-26,25% terhadap PDB pada 2022. Proyeksi ini merupakan langkah pemerintah untuk tetap mengendalikan utang agar tidak menjadi sentimen negatif bagi perekonomian.
Dia mengungkapkan, rasio utang terhadap PDB Indonesia pada Mei 2018 sebesar 29,6%. Secara nominal angka ini jauh lebih rendah dibandingkan negara lain di Asia seperti Thailand yang sebesar 42% dan India 69%.
Selain itu, Sri Mulyani menjabarkan besaran utang pemerintah per Mei 2018 turun Rp11,52 triliun menjadi Rp 4.169,09 triliun. Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dimana utang sebesar Rp 4.180,61 triliun.
Sri Mulyani mengatakan bahwa strategi pengelolaan utang akan dilakukan secara hati-hati. Terlebih, desain APBN di tahun depan masih mengandalkan utang untuk menutupi defisit anggaran.
"Maka dari itu, perlu disusun APBN yang defisit yang pembiayaannya dapat ditutup dari sumber-sumber pembiayaan yang aman," paparnya. (Amu)