Menkeu Sri Mulyani Indrawati.
JAKARTA, DDTCNews—Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati masuk dalam hitungan untuk menduduki kursi Presiden Bank Dunia yang lowong bulan depan. Hal tersebut keluar dari lembaga riset ekonomi Official Monetary and Financial Institutions Forum (OMFIF).
Ketua OMFIF Amerika Serikat Mark Sobel mengatakan kandidat dari negara emerging market idealnya muncul untuk mengisi kursi kosong pimpinan Bank Dunia setelah ditinggal Jim Yong Kim. Dengan demikian, kepentingan negara-negara yang tengah berkembang dapat diakomodasi.
Menurutnya, selama ini lembaga keuangan internasional didominasi dua poros utama kekuatan ekonomi, yakni Eropa di Dana Moneter Internasional dan Amerika Serikat di Bank Dunia.
Hal tersebut berlaku sejak akhir Perang Dunia II hingga kini, dimana terwakili oleh Christine Lagarde di IMF dari Eropa dan Jim Yong Kim di Bank Dunia yang merupakan keturunan Korea-AS.
“Inilah waktu untuk perubahan. Mereka [negara emerging market] harus aktif dan menemukan kandidat yang kuat,”katanya seperti dilansir laman omfif.org, Jumat (11/1/2019).
Sobel kemudian menyebutkan setidaknya dua kandidat dari negara emerging market yang dinilai mempunyai kapasitas dan kompetensi untuk menduduki kursi orang nomor satu di Bank Dunia. Dua sosok itu adalah Menkeu Indonesia Sri Mulyani dan Menkeu Nigeria Ngozi Okonjo-Iweala.
Menurutnya, keduanya mempunyai modal mumpuni untuk duduk sebagai Presiden Bank Dunia. Pasalnya, masing-masing pernah mencicipi posisi sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia.
Selain itu, itu ada urgensi untuk memilih pemimpin Bank Dunia yang tidak merepresentasikan Eropa maupun Amerika Serikat. Situasi ekonomi global yang mengarah kepada regionalisme dan meningkatnya aksi unilateral membutuhkan pendekatan baru. Hal tersebut kemudian diterjemahkan dengan memilih individu unggul yang berasal dari negara dunia ketiga.
“Memilih presiden yang bukan Amerika atau Eropa akan meningkatkan kedudukan global IMF dan Bank Dunia. Itu akan sangat membantu melawan penyimpangan ekonomi yang menuju kepada regionalisme,” imbuhnya. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.