Ilustrasi.
JENEWA, DDTCNews – Pemerintah Indonesia mengadukan sikap Uni Eropa yang mengenakan bea masuk (BM) antidumping atas impor asam lemak (fatty acid) ke Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).
WTO menjelaskan Indonesia menggugat Uni Eropa lantaran tidak konsisten dengan aturan WTO. Di sisi lain, Uni Eropa memandang pengenaan bea masuk antidumping itu bertujuan untuk melindungi industri di dalam negeri.
"Mereka [Uni Eropa] akan membantu memastikan persaingan yang adil antara asam lemak yang diimpor dari Indonesia dan asam lemak yang diproduksi secara lokal," bunyi pernyataan WTO, dikutip pada Selasa (13/2/2024).
Saat ini, pemerintah Indonesia telah menyampaikan permintaan konsultasi sebagai langkah awal dalam sengketa formal di WTO. Permintaan konsultasi tersebut disampaikan kepada anggota WTO pada 12 Februari 2024.
Konsultasi ini akan memberikan waktu sekitar 60 hari bagi kedua belah pihak untuk menyelesaikan perbedaan pandangan mereka sebelum panel WTO dibentuk.
Sebagai informasi, asam lemak dibuat dengan menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku utama. Asam lemak tersebut biasa ditemukan dalam produk seperti kosmetik dan obat-obatan serta pelumas industri.
Impor asam lemak asal Indonesia dinilai telah merugikan industri di Uni Eropa. Dugaan ini bermula saat Coalition against Unfair Trade in Fatty Acid (CUTFA) mengajukan pengaduan pada 18 Oktober 2021 terkait dengan tingginya impor lemak asal Indonesia.
Dalam pengaduan tersbeut CUTFA meminta adanya penyelidikan antidumping untuk melindungi industri di dalam negeri.
Seperti dilansir channelnewsasia.com, Uni Eropa kemudian mengadopsi peraturan untuk mengenakan bea masuk andumping sebesar 15,2% hingga 46,4% terhadap impor asam lemak asal Indonesia pada 18 Januari 2023. (rig)