Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memimpin sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (24/6/2024). Sidang kabinet paripurna tersebut membahas perekonomian Indonesia terkini. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/YU
JAKARTA, DDTCNews - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan perhatian khusus atas pentingnya peran stabilitas politik dalam menjaga pertumbuhan ekonomi.
Menurut Jokowi, transisi dari pemerintahan sekarang ke pemerintahan berikutnya di bawah presiden terpilih Prabowo Subianto harus berjalan mulus tanpa ada turbulensi. Pasalnya, aspek-aspek politik juga menjadi perhatian pelaku pasar global.
"Ini yang harus menjadi perhatian kita, yaitu stabilitas politik. Ini penting agar jangan sampai ada turbulensi politik, agar transisi dari pemerintahan sekarang ke pemerintahan berikut ini mulus dan baik. Itu yang selalu dilihat oleh dunia internasional," ujar Jokowi, dikutip Selasa (25/6/2024).
Dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, Jokowi juga meminta kepada para menterinya untuk menyampaikan pesan-pesan yang positif dalam rangka menjaga dan meningkatkan keyakinan para pelaku pasar.
"Hati-hati mengenai isu-isu yang setiap hari ada. Sampaikan isu-isu yang positif, hal-hal yang positif sehingga pasar menjadi yakin, pasar menjadi optimistis terhadap fundamental ekonomi kita yang memang sebetulnya berada pada posisi yang baik," ujar Jokowi.
Untuk diketahui, pemerintah berpandangan laju perekonomian semua negara termasuk Indonesia dihadapkan oleh downside risk akibat situasi ekonomi global yang tidak menentu.
Menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, laju pertumbuhan ekonomi global masih berada di bawah tren jangka panjang akibat meningkatnya tensi geopolitik, fragmentasi kerja sama ekonomi, tingginya suku bunga di negara maju, penguatan nilai tukar dolar AS, pengetatan fiskal, dan tingginya inflasi.
Walau demikian, pemerintah berpandangan perekonomian Indonesia masih mampu tumbuh tinggi, di atas 5%. Beberapa fundamental yang mendukung capaian tersebut antara lain sektor manufaktur yang berada pada level ekspansif selama 33 bulan berturut-turut dan indeks keyakinan konsumen yang terjaga tinggi.
Berkat naiknya harga komoditas dan menguatnya dolar AS, Airlangga berpandangan ekspor Indonesia juga akan bertumbuh dalam waktu dekat.
"Harga beberapa komoditas pun mengalami kenaikan seperti CPO (7,26%), nikel (4,94%), dan tembaga (15,18%). Tentu ke depan dengan nilai dolar AS yang menguat ini ada kesempatan untuk meningkatkan daya saing barang ekspor, karena ekspor yang berbahan baku rupiah itu mempunyai daya saing lebih tinggi. Jadi tentu kita harus menggenjot hal seperti itu," ujar Airlangga. (sap)