Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini dalam keterangan pers.
JAKARTA, DDTCNews - Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus senilai US$2,9 miliar pada Agustus 2024. Capaian ini melanjutkan tren surplus yang sudah berlangsung selama 52 bulan, sejak Mei 2020.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini mengatakan surplus terjadi lantaran nilai ekspor nasional pada Agustus 2024 mencapai US$23,56 miliar, sementara impornya US$29,67 miliar.
"Surplus ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan pada bulan lalu, tetapi lebih rendah dibandingkan Agustus 2023," kata Pudji dalam keterangan pers, Selasa (17/9/2024).
BPS mencatatkan surplus yang diperoleh dari transaksi perdagangan sektor nonmigas sebenarnya lebih tinggi, yakni US$4,34 miliar. Namun, capaian itu tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas yang mencapai US$1,44 miliar.
Selama Januari–Agustus 2024 sektor migas mengalami defisit US$13,69 miliar. Namun, masih terjadi surplus pada sektor nonmigas US$32,54 miliar sehingga secara total mengalami surplus US$18,85 miliar.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Agustus 2024 mencapai US$170,89 miliar atau turun 0,35% dibanding periode yang sama tahun 2023. Sejalan dengan total ekspor, nilai ekspor nonmigas yang mencapai US$160,36 miliar juga turun 0,46 persen.
Dari sepuluh komoditas dengan nilai ekspor nonmigas terbesar Agustus 2024, sebagian besar komoditas mengalami peningkatan, dengan peningkatan terbesar pada lemak dan minyak hewani/nabati senilai US$470,8 juta (24,50%). Sementara yang mengalami penurunan adalah logam mulia dan perhiasan/permata sebesar US$93,7 juta (11,88%).
Ekspor nonmigas Agustus 2024 terbesar adalah ke China, yaitu US$5,33 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,61 miliar, dan Jepang US$1,80 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 43,55%. Sementara ekspor ke Asean dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$4,12 miliar dan US$1,54 miliar.
Sementara dari sisi impor, 3 negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Agustus 2024 adalah China dengan nilai US$45,41 miliar (35,52%), Jepang US$9,30 miliar (7,28%), dan Australia US$6,57 miliar (5,14%).
Kemudian, impor nonmigas dari Asean US$22,69 miliar (17,75%) dan Uni Eropa US$8,33 miliar (6,52%). (sap)