Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. (Foto: Das/DDTCNews)
JAKARTA, DDTCNews - Proyek pertama Kerja Sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) untuk bandara rampung diselesaikan akhir tahun ini. Pemerintah berharap investor segera melakukan realisasi komitmen pembangunan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat konferensi pers KPBU Bandara Komodo hari ini. Menurutnya, komitmen yang disampaikan saat pelelangan diharapkan dapat segera direalisasikan.
"Dalam satu tahun kita harap bisa melihat atmosfer lain dari Bandara Komodo," katanya di Kantor Kemenkeu, Kamis (26/12/2019).
Lebih lanjut, Budi menerangkan dalam kurun waktu tiga tahun komitmen investasi bisa direalisasikan oleh Konsorsium CAS selaku pemenang lelang KPBU Bandara Komodo. Rentang waktu tersebut lanjutnya sudah ideal untuk mengembangkan infrastruktur pendukung bandara.
Dalam jangka panjang pada saat KPBU selesai di 25 tahun mendatang diharapkan Bandara Komodo mampu melayani penumpang sebanyak 4 juta orang. Target tersebut naik signifikan dari 500 penumpang per tahun yang dilayani Bandara Komodo saat ini.
Budi menuturkan, skema KPBU bandar udara pertama ini menjadi alternatif pembiayaan pembangunan yang tidak bersumber dari anggaran negara. KPBU Bandara Komodo diharapkan menjadi pembuka jalan skema serupa untuk Bandara lain di Indonesia.
Adapun bandara lain yang sedang menunggu untuk 'di KPBU-kan' tersebar di beberapa wilayah. Bandara seperti Sam Ratulangi di Manado dan Bandara Singkawang, Kalimantan Barat menjadi proyek terdekat yang masuk daftar KPBU.
"KPBU ini menjadi cara pemerintah dalam menjalankan kegiatan pembangunan lebih baik dan mengurangi ketergantungan kepada APBN," Imbuhnya.
Seperti diketahui, Konsorsium CAS yang terdiri dari PT. Cardig Aero Service (CAS), Changi Airports International Pte Ltd. (CAI) dan Changi Airports MENA Pte Ltd berhasil memenangkan lelang KPBU Bandara Komodo.
Konsorsium ini menang dengan menawarkan belanja modal sebesar Rp1,2 triliun dan menanggung biaya operasional pengelolaan Bandara Komodo senilai Rp5,7 triliun. Keseluruhan biaya tersebut akan digunakan untuk mengembangkan dan mengelola bandara yang berlokasi di Labuan Bajo tersebut selama 25 tahun ke depan. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.