MILIARAN manusia di bumi tidak sekedip mata menggandakan dirinya. Piramida, Taj Mahal, atau Borobudur sekalipun tak setarik napas muncul begitu saja.
Ada mekanisme rumit yang bertalian dengan waktu, berkembang dari sebuah embrio budaya menjadi suatu peradaban besar. Manusia tak henti-hentinya membenamkan diri dalam pusaran keingintahuan. Sains dikuliti dan dicerna hingga melahirkan revolusi bertingkat-tingkat.
Lompatan-lompatan peradaban ini dihubungkan oleh satu benang merah yang sama: ilmu pengetahuan. Jika ada satu senyawa adhesif yang sanggup merekatkan satu zaman dengan zaman berikutnya, dialah literasi. Karenanya, kemampuan baca-tulis menjadi sebuah sumbu utama dalam garis imajiner perjalanan umat manusia.
Mukadimah di atas menjadi penegasan bahwa jika ditarik ke lini masa saat ini, budaya baca-tulis punya peranan penting dalam membangun sebuah bangsa. Dalam skala lebih kecil, literasi menjadi alat pembentuk karakter seseorang. Buku, sebagai subjeknya, menjadi modal dasar cara berpikir, pengambilan kebijakan, hingga pengaturan norma serta hukum di tengah masyarakat.
Sebegitu pentingnya buku bisa dilihat dari sudut pandang seorang Mohammad Hatta, wakil presiden pertama RI. Saking jatuh hatinya kepada literasi, Hatta memboyong 8.000 koleksi buku miliknya dalam 14 peti sekembalinya dia dari Belanda ke Tanah Air.
Hatta juga rela bersusah payah membawa peti-peti bukunya ke Boven Digoel, Papua sebagai pelipur lara di tengah pengasingan. Bahkan, buku dijadikannya sebagai mas kawin saat mempersunting Rahmi sebagai istrinya pada 18 November 1945.
Ya, buku menjadi sumber dari banyak hal. Urusan bernegara, beragama, bermasyarakat, hingga lingkup privat manusia. Kalau pernah mendengar sebuah kalimat klise yang kerap terpampang di dinding-dinding sekolah 'Buku adalah Jendela Dunia', percayalah, itu benar adanya!
DDTC Library Mewarnai Literasi Perpajakan
Berbekal kesadaran bahwa literasi menjadi modal kuat dalam pengembangan diri, Managing Partner DDTC Darussalam pun mengadopsi budaya membaca ke dalam tubuh perusahaan yang didirikannya. Beriringan bersama Danny Septriadi selaku Senior Partner, keduanya memberi contoh bagaimana membangun profesionalitas melalui kegemaran membaca dan menulis.
Dalam sebuah diskusi publik, Darussalam menekankan pentingnya budaya membaca untuk merespons dinamika isu perpajakan. Dia tegas menyebut kalau kebiasaan membaca menjadi hal mutlak yang diperlukan bagi siapapun yang memiliki karier di bidang ini.
"Penting menyisihkan waktu serta dana untuk membaca, baik hasil penelitian atau sumber informasi lain tentang pajak," kata Darussalam dalam sebuah webinar pada medio 2021 lalu.
Dari kecintaan kepada buku, DDTC menaruh komitmen besar untuk mengembangkan ruang publik bagi pengabdi literasi. Perpustakaan menjadi bagian yang tak pernah luput dalam rancang bangun dan tumbuh kembang perusahaan.
Sejak awal berdiri pada 2007 silam, kala masih menempati kantor berwujud ruko (rumah toko), DDTC sudah memiliki sudut bacanya sendiri. Meski belum bisa dibilang sebagai ruang perpustakaan yang ideal, Darussalam dan Danny Septriadi mengerahkan seluruh koleksi literatur perpajakannya ke dalam rak-rak kayu sederhana.
Pelan tapi pasti, seiring dengan pesarnya pertumbuhan perusahaan, DDTC menjadikan perpustakaan menjadi prioritas dalam mendesain ruang kerja. Beberapa kali berpindah lokasi kantor, hingga menempati titik terbarunya saat ini, DDTC terus menambah koleksi buku, memperbarui perabot, hingga memoles ruangannya sehingga makin nyaman untuk dikunjungi.
Fakta menarik yang perlu digarisbawahi: setiap kali ada aktivitas renovasi kantor, DDTC Library tak pernah luput ikut dibenahi. Bisa dibilang DDTC menjadikan perpustakaan sebagai lobus frontal, bagian penting otak untuk berpikir, bagi tubuh besar perusahaan. Tempat para profesionalnya menempa karya berbasis riset dan pengetahuan.
Perjalanan DDTC Library: rak buku saat masih beroperasi di ruko Kelapa Gading (atas, kiri); Managing Partner DDTC Darussalam dan Senior Partner DDTC Danny Septriadi di depan rak buku di ruko (atas, tengah); DDTC Library di Menara Satu Sentra Kelapa Gading (atas, kanan dan bawah, kiri); serta DDTC Library saat ini di Menara DDTC Kelapa Gading (bawah, kanan).
Dengan nama resmi 'DDTC Library', perpustakaan perusahaan ini mengalami transformasi yang luar biasa. DDTC Library barangkali menjadi salah satu perpustakaan dengan spesifikasi koleksi buku-buku perpajakan terbanyak se-Indonesia. Hal ini menjadikannya sebagai salah satu rujukan utama bagi siapapun yang punya minat khusus terhadap ilmu perpajakan.
Dari kacamata profesional DDTC, library menjadi rujukan utama dalam menghadapi tantangan pekerjaan. Bagi konsultan pajak misalnya, ragam judul yang tersedia menjadi jujukan dalam merumuskan solusi atas permasalahan klien. Bagi periset, ribuan jurnal dan publikasi internasional menjadi acuan dalam menuangkan buah pikiran ke dalam tulisan. Bagi pewarta, literatur yang tersimpan menjadi sumber baku dalam penulisan berita.
Lebih dari itu, DDTC Library menjadi ruang interaksi bagi profesional DDTC, stakeholders perpajakan, serta masyarakat umum. Semuanya punya kesempatan yang sama untuk mengakses ilmu pengetahuan secara cuma-cuma. Di ruang yang sama, diskusi dan perdebatan bergulir hangat hingga melahirkan karya pikir yang membangun ekosistem pajak nasional.
Ragam Koleksi DDTC Library
Sebagai salah satu rujukan literatur perpajakan terlengkap, DDTC Library menawarkan nyaris 4.000 judul buku dan publikasi (per Agustus 2022). Seluruhnya terbagi ke dalam 47 kategori koleksi. Mulai dari Commercial and Tax Accounting, Taxes on Income and Wealth, Value Added Tax (VAT), Taxation and Technology, Comparative Transfer Pricing, Economics of Taxation, Taxation of Natural Resources and Environment, Tax Treaty Interpretation: Specific Article, dan 39 kategori lainnya.
Tak cuma itu, DDTC Library juga menyediakan beragam judul majalah dan jurnal baik domestik atau internasional. Beberapa jurnal pajak internasional yang tersedia antara lain Tax Notes International, Bulletin for International Taxation, International Transfer Pricing Journal, International VAT Monitor, Intertax, dan EC Tax Review.
Koleksi DDTC Library juga didapat dari banyak publisher literatur pajak seperti IBFD, Wolters Kluwer, Routledge, Hart Publishing, Lexis Nexis, hingga American Bar Association.
Judul-judul buku non-pajak juga dengan mudah ditemui di ruangan yang terletak di lantai 2 Menara DDTC, Kelapa Gading ini. DDTC Library ikut menyimpan ribuan judul buku di luar bahasan perpajakan, termasuk yang berkaitan dengan studi humor.
Saking banyaknya, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) bahkan menahbiskan catatan rekor bagi DDTC Library sebagai perpustakaan studi humor pertama di Indonesia atau The Library of Humor Studies. Ribuan koleksi buku tentang humor ini menawarkan alternatif pereda penat bagi profesional DDTC di sela berkarya. Sebagian besar koleksi merupakan hasil kolaborasi DDTC dengan Institut Humor Indonesia Kini (IHIK3).
Banyaknya koleksi buku berkualitas berhasil menarik minat profesional DDTC dan masyarakat umum untuk berkunjung ke DDTC Library. Dalam 3 tahun terakhir, angka peminjaman dan jumlah buku yang dipinjam menunjukkan tren positif. Kendati sempat diadang pandemi, sepanjang 2019-2021 tercatat ada lebih dari 500 peminjaman buku dari DDTC Library. Sementara jumlah buku yang dipinjam mencapai 861 judul.
DDTC Library ikut mengantarkan para profesional DDTC melahirkan sedikitnya 4 publikasi domestik, 32 publikasi internasional, dan ribuan artikel daring baik dalam bentuk analisis, opini, hingga resensi. Perusahaan tercatat beberapa kali menggelar lomba resensi jurnal bagi kalangan internal. Gelaran ini tampaknya efektif mendorong karyawan untuk bersentuhan lagi dengan literatur yang tersimpan di DDTC Library.
Dalam artikel resensi jurnal berjudul 'Meninjau Kepastian Pajak melalui Program ICAP' misalnya, Kalana Bayusuta selaku penulis menjadikan salah satu koleksi DDTC Library sebagai acuan.
Melalui artikel yang menjadi salah satu pemenang dalam Lomba Resensi Jurnal DDTC 2021 tersebut, buku berjudul Era Baru Hubungan Otoritas Pajak dengan Wajib Pajak yang ditulis oleh Darussalam menjadi sumber saduran.
Pada 2019 lalu, DDTC juga menerbitkan buku Seri Kontribusi DDTC: Gagasan dan Pemikiran Sektor Perpajakan 2018/2019. Buku ini menampilkan 100 artikel pendek yang diklasifikasikan dalam 14 bagian, membahas perpajakan dari berbagai perspektif. Seluruhnya ditulis secara mandiri oleh para profesional DDTC. DDTC library jelas punya andil dalam memasok materi penulisan dan dasar argumentasi yang dituangkan menjadi tulisan-tulisan ciamik tersebut.
Ajakan berkompetisi melalui tulisan-tulisan cerdas ini merupakan dorongan DDTC bagi profesionalnya untuk kembali meramaikan geliat literasi perpajakan. DDTC Library, menjadi salah satu wadah yang efektif untuk mencari rujukan.
Berdasarkan rekam testimoni kunjungan, pengunjung DDTC Library juga memiliki latar belakang yang beragam. Mulai dari mahasiswa, pekerja swasta, pengajar, hingga tokoh pemerintahan.
Memasuki usia ke-15, DDTC ingin memastikan jalur pengabdiannya tidak terputus. DDTC Library menjadi salah satu pilar utama perusahaan dalam melanggengkan promosi literasi perpajakan. Sebagai ruang publik yang menawarkan akses setara, DDTC Library akan terus hadir untuk mewujudkan masyarakat melek pajak. (sap)