PEMERINTAH mengenakan cukai terhadap barang-barang yang mempunyai sifat dan karakteristik tertentu. Misal, cukai dikenakan terhadap barang yang konsumsinya perlu dikendalikan dan peredarannya perlu diawasi lantaran pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif.
Saat ini, terdapat 3 barang yang termasuk dalam barang kena cukai (BKC) di Indonesia. Ketiga BKC itu meliputi etil alkohol atau etanol; minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar berapa pun, termasuk konsentrat yang mengandung etil alkohol; dan hasil tembakau.
Selain dengan pelekatan pita cukai, berdasarkan pada Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang (UU) Cukai, cukai yang terutang juga dapat dilunasi dengan pembayaran. Pelunasan cukai dengan pembayaran berhubungan dengan dokumen CK-1C. Simak ‘3 Cara Pelunasan Cukai’.
Lantas, apa yang dimaksud dengan dokumen CK-1C?
Sebelum membahas mengenai Dokumen CK-1C, perlu dipahami terlebih dahulu ketentuan pelunasan cukai dengan cara pembayaran. Ketentuan ini mengacu pada UU Cukai, Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 68/2018, serta PER-24/BC/2018 s.t.d.d PER-5/BC/2022.
Merujuk pada PMK 68/2018 dan PER-24/BC/2018, pelunasan cukai dengan cara pembayaran tidak bisa digunakan untuk semua jenis BKC. Sebab, pemerintah telah mengatur jenis BKC yang cukainya dilunasi dengan cara pembayaran.
Ada 2 jenis BKC yang cukainya dilunasi dengan cara pembayaran. Pertama, etil alkohol (EA). Kedua, minuman yang mengandung etil alkohol (MMEA) yang dibuat di Indonesia dengan kadar EA sampai dengan 5%.
Sesuai dengan namanya, pelunasan cukai dengan cara pembayaran dilakukan dengan membayar cukai. Pembayaran itu harus dilakukan sebelum BKC dikeluarkan dari pabrik tempat penyimpanan, tempat penimbunan sementara (TPS), atau tempat penimbunan berikat (TPB).
Nah, CK-1C merupakan sebutan untuk dokumen yang digunakan sebagai media pelunasan cukai dengan cara pembayaran .
Dokumen Pelunasan Cukai dengan Cara Pembayaran (CK-1C) adalah dokumen cukai yang digunakan oleh pengusaha pabrik EA, pengusaha pabrik MMEA, atau pengusaha tempat penyimpanan untuk melunasi cukai dengan cara pembayaran.
Berdasarkan pada pengertian tersebut, CK-1C digunakan oleh pengusaha EA, pengusaha MMEA, dan pengusaha tempat penyimpanan. Pengusaha tersebut menggunakan CK-1C untuk melunasi cukai atas BKC yang dikeluarkan dari pabrik atau tempat penyimpanan.
Sementara itu, pelunasan cukai dengan cara pembayaran atas BKC yang dikeluarkan dari TPS atau TPB tidak menggunakan CK-1C. Adapun pelunasan cukai dengan cara pembayaran atas BKC dari TPS atau TPB menggunakan dokumen sesuai dengan ketentuan TPS dan TPB.
Kembali pada pembahasan CK-1C, pengusaha pabrik atau pengusaha tempat penyimpanan dapat mengajukan dokumen CK-1C apabila memenuhi 3 ketentuan. Pertama, Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC) tidak dalam keadaan dibekukan.
Kedua, keputusan penetapan tarif cukai atas merek yang diajukan pada dokumen pelunasan cukai dengan cara pembayaran masih berlaku. Ketiga, tidak sedang memiliki utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya, kekurangan cukai, dan/atau sanksi administrasi berupa denda yang belum dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo.
Ketiga ketentuan tersebut bersifat kumulatif sehingga harus dipenuhi seluruhnya. Adapun CK-1C dibuat sesuai dengan contoh format dalam Lampiran Huruf A PER-24/BC/2018. Lampiran tersebut juga telah menguraikan petunjuk pengisian CK-1C.
Selain kondisi dari pengusaha, ada 2 ketentuan terkait dengan waktu pembayaran yang perlu diperhatikan. Ketentuan waktu pembayaran ini dibedakan berdasarkan apakah pengusaha melakukan pembayaran secara tunai atau berkala.
Untuk CK-1C secara tunai, pembayarannya harus dilakukan pada tanggal yang sama dengan dokumen CK-1C. Sementara itu, untuk CK-1C yang mendapat kemudahan pembayaran secara berkala, pembayarannya dilakukan paling lambat pada saat tanggal jatuh tempo sesuai dengan ketentuan mengenai pembayaran cukai secara berkala.
Adapun pembayaran cukai untuk EA yang dibuat di Indonesia atau MMEA yang dibuat di Indonesia dengan kadar EA sampai dengan 5% dilakukan melalui bank persepsi atau pos persepsi. Lalu, pembayaran cukai untuk EA yang berasal dari impor dilakukan melalui bank devisa persepsi atau pos persepsi.
Kemudian, pembayaran cukai untuk EA atau MMEA yang dibuat di Indonesia dengan kadar EA sampai dengan 5% dilakukan secara tunai, kecuali bagi pengusaha pabrik yang mendapat kemudahan pembayaran secara berkala.
Perincian tata cara pelunasan cukai dengan cara pembayaran menggunakan CK-1C dapat disimak dalam UU Cukai, PMK 68/2018, serta PER-24/BC/2018 s.t.d.d PER-5/BC/2022. (kaw)